Rabu, 31 Oktober 2018

Kecewa


Pada akhirnya semua orang akan mengecewakanmu.

Entah rekan, teman, keluarga, sahabat, dan bahkan kekasihmu sendiri.

Suatu hari mereka tidak akan membalas pesanmu; tidak lagi tertawa dengan leluconmu; tidak datang saat kau undang; atau menolak saat kau meminta pertolongan.



Ketika itu terjadi... 

Akan sangat rentan bagimu untuk membenci mereka.

Kau akan dengan mudahnya menjadikan mereka sebagai alasan dari kehancuran mu.

Bisa jadi kau juga akan menghapus nama-nama mereka dari buku kecilmu. Tak ada yang dibutuhkan dari seseorang yang tak mau mengerti keadaanmu.


Namun satu hal yang kau lupa...

Kau lupa kalau mereka juga manusia yang punya hidup beserta masalah-nya sendiri.

Kau tak tahu seberapa besar setan yang mereka hadapi di dalam hidup mereka. Dan seberapa keras mereka menahan diri untuk tak meminta bantuanmu. Karena mereka tahu kau sudah cukup dibuat pusing dengan masalahmu sendiri.  

Kau hanya melihat mereka dari luar. Tertipu dengan senyuman palsu dan kebahagiaan semu yang mereka pamerkan sebagai topeng.

Kau bahkan tak sadar kalau mereka jauh lebih tangguh dari kamu, yang berjuang memecahkan masalah mereka sendiri tanpa sedikit-sedikit merengek meminta pertolongan.

Pada akhirnya, bukan mereka yang mengecewakanmu. Tapi kamu-lah yang mengecewakan mereka.

Hidup bukan selalu tentang kamu.

Kamis, 11 Agustus 2011

Motivasi

Hmm… apa ya yang membuat saya termotivasi untuk hidup? saya tidak bisa jawab, karena saya tidak tahu.. terus terang, saat ini saya TIDAK TAHU untuk apa saya hidup dan saya tidak tahu nanti saya akan jadi apa.

Saya justru heran. kenapa hidup butuh motivasi? Anggap saja anda punya motivasi untuk sukses. THEN WHAT? Tetep toch, penderitaan akan dijalani. Hutang tetap hutang. dan bakal ditagih. dan.. kita masih belum mampu bayar.

Kalau mencari motivasi untuk hidup. menurut saya itu bukan jalan keluar.

Motivasi bisa diibaratkan pain killer.. obat penahan sakit.. artinya luka masih tetap ada, cuma tidak terasa.. saat motivasi hilang.. saat efek dari obat penahan sakit habis.. luka tersebut akan kembali terasa.. dan besok-besok.. mencari lagi motivasi yang baru.. yang lebih meyakinkan..

Saat obatnya habis.. saat merasakan kegagalan.. BOOM.. rasa sakit menyerang seketika.. dan lebih hebat dari sebelumnya…

Jadi mau sampai kapan mencari obat penahan sakit yang baru?


*mengutip pencerahan dari seseorang bijak

Obsesi Kehidupan

Saya adalah seseorang yang senang sekali berimajinasi, mencari pemuasan-pemuasan dari keinginan saya lewat cerita yang saya buat dalam dunia saya sendiri. Hal itu rupanya berpengaruh terhadap dunia nyata yang sedang saya tempati sekarang.

Secara pelan pelan, saya mulai memberi target dalam hidup saya, mulai dari yang mudah, hingga ke hal yang mustahil sekalipun.

Terdengar bodoh memang, tapi saya selalu percaya jika tidak ada satupun hal di dunia ini yang tidak bisa kita lakukan asalkan memiliki keyakinan yang kuat.

Jadi saya mulai berjalan dengan itu, hingga akhirnya saya terjebak dalam obsesi-obsesi yang secara tidak langsung mengekang hidup saya.

Untungnya, saat itu ada yang menyadarkan saya. memberitahu jika saya terlalu memberi standar yang tinggi untuk sebuah rasa kebahagiaan.

Contohnya seperti saya akan bahagia jika saya memiliki ini, itu, dan bla bla bla (sebuah hal yang tak akan ada habisnya). Padahal semua itu hanya ilusi ilusi yang saya buat sendiri.

Beliau bilang, hidup itu bukan tentang mencapai apa, atau menjadi apa. tapi lebih seperti, bisakah kita menikmatinya? apapun keadaannya. 

Percayalah, semuanya ilusi. Impian dan obsesi tidak selalu menjadi jalan untuk mendapat kepuasan, bahkan kadang justru menjadi hambatan untuk merasa bahagia. 

Jadi jika mereka saja bisa merasa bahagia dengan hidup apa adanya, lalu mengapa diri ini selalu terjebak dalam perasaan kurang kurang dan kurang. 

Ya, kembali ke point tadi, kadang diri ini terlalu memberi standar yang tinggi untuk sebuah rasa kebahagiaan.

Dunia Pengasingan

Dulu, saya berpendapat jika 'mengasingkan diri' adalah sebuah solusi dimana ketenangan menjadi begitu abadi.

Saat pertama kali saya memutuskan untuk mendalami esensinya, yang ada di pikiran saya adalah akan jauhnya saya dari segala masalah-masalah yang ada di dunia ini.

Hidup damai, tanpa ada gangguan sama sekali…

Tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, saya sadar jika semua pemikiran saya itu ternyata sedikit keliru.

Secara tidak langsung, selama ini saya hanya menggunakan kata 'mengasingkan diri' sebagai alat untuk bersembunyi dari keadaan-keadaan sulit dan rasa ketidakpuasan yang terkadang datang membelenggu.

Hingga pada akhirnya, saya menyadari jika pemikiran saya itu tidak akan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam hidup.

Perlahan lahan saya mengerti, bahwa hidup itu bukan sesuatu yang harus dikejar atau harus diasingkan, melainkan sesuatu yang hanya perlu dijalani dengan apa adanya.

Ya, menikmati setiap proses yang berjalan, dan membiarkan semua itu mengalir satu persatu, apa adanya.